Analisis Jurnal Political Strategy In Local Elections: Study of Bandung Munipacility Mayor In The 2003 and 2008 Elections

Pada kesempatan kali ini saya akan menganalisis mengenai jurnal strategi politik pada Pilkada Bandung 2003 dan 2008. Jurnal ini dibuat oleh Dr. Muslim Moefti. M. Si

Semoga dapat membantu dan menambah wawasan kepada siapapun yang membaca blog ini.

Pada pembahasan kali ini membahas mengenai adanya kelebihan dan kekurangan dalam strategi pemilihan kepala daerah. Sementara sisi positif dari pemilihan tidak langsung (dipilih oleh DPRD) relatif tidak memerlukan dana besar dalam proses pemilihan (Widodo, 2015).

Beberapa studi memang menyelidiki strategi untuk memenangkan pemilihan. Salah satunya adalah karya Gautama (2008), Gautama menjelaskan secara komprehensif tentang strategi memenangkan pemilihan langsung, baik dalam pemilihan presiden, legislatif, dan kepala daerah. Secara teoritis, ia menjelaskan tentang bagaimana strategi kemenangan harus diatur dan bagaimana itu dilakukan dengan mempertimbangkan lingkungan politik, seperti organisasi sosial, ekonomi, dan budaya. Pekerjaan yang lebih komprehensif telah ditulis oleh Herry (2008), Studi ini dianggap deduktif secara teoritis karena lebih mengandalkan penalaran logis daripada data faktual sebagai karya ilmiah formal. tampaknya sangat pesimis tentang perkembangan demokratisasi di daerah karena faktor politik uang, kandidat yang dipilih adalah mereka yang dapat memberikan lebih banyak dana daripada yang lain, sehingga sulit untuk mendapatkan kepemimpinan yang bersih. Kesimpulan ini kemudian mengedepankan anggapan bahwa pada akhirnya, harapan masyarakat untuk terciptanya pemerintahan yang lebih bertanggung jawab, melalui mekanisme politik yang lebih demokratis, masih belum dapat dicapai. Seperti yang ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kristiadi (1996), disimpulkan bahwa “Tokoh masyarakat, baik formal maupun informal, diperlakukan sebagai panutan”. Dengan demikian, variabel model peran dan identifikasi partai politik.

Dalam strategi pemilihan kepala daerah ini memakai metodologi ini Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif yang dimotivasi oleh tiga pertimbangan yaitu:

– Lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan faktual.

-Kemampuannya untuk menyajikan sifat hubungan antara peneliti dan informan / responden.

– Lebih sensitif dan adaptif terhadap pola nilai (Moleong 1994).

Penelitian ini ternyata menggunakan sumber data kualitatif yang berasal dari data primer dan sekunder yang diperoleh dari teknik yang berbeda. Kedua data ini dapat diperoleh dengan melalui:

Pertama, melakukan wawancara mendalam dengan pembicara dan informan kunci yang dilakukan melalui dua teknik.

Kedua, menggunakan observasi terstruktur. Metode observasi ini bertujuan untuk mengamati gejala yang muncul terkait dengan masalah dalam penelitian ini. Ketiga, menggunakan studi literatur. Dalam teknik ini, peneliti mengumpulkan bahan tertulis yang terkait dengan masalah penelitian.

Wawancara mendalam dengan pembicara dan informan kunci yang dilakukan melalui dua teknik:

(a) teknik wawancara gratis yang dilakukan dengan megajukan pertanyaan gratis kepada informan,

(b) teknik wawancara terstruktur yang dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pembicara dan informan yang telah diatur sedemikian rupa dalam kuesioner.
Pada tahun 1810, ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Karapyak ke Cikapudung (sekarang kota Bandung). Pada awal abad ke-20, pemerintah Belanda memberikan otonomi kepada koloninya di Indonesia menerapkan sistem desentralisasi yang baru saja mereka adopsi. 
Tahap pemilihan walikota yang diputuskan oleh Komisi Pemilihan Umum Bandung segera diubah untuk mengakomodasi aturan baru melalui Rapat Pleno pada 6 Mei 2008. Meskipun aturan teknis belum selesai, Komisi Pemilihan mengizinkan kandidat independen untuk berpastipasi dalam pemilihan. 
Beberapa model kampanye politik, yaitu pertama. model komponen di mana kampanye diidentifikasi oleh pendekatan transmisi daripada interaksi dan model ini lebih satu arah. Kedua, model kampanye Ostergaard, di mana langkah pertama untuk sumber kampanye adalah mengidentifikasi masalah aktual, kemudian melakukan kampanye. Ketiga, model pengembangan lima tahap fungsional yang berfokus pada tahapan kegiatan kampanye, bukan pada proses pertukaran pesan antara kandidat dan  khalayak.  Keempat, model fungsi komunikatif yang dimulai dari surfacing (pemetaan) dan kemudian  pemetaan area kampanye.

Strategi politik dapat dilakukan dengan dua cara.

Pertama, kampanye politik digunakan sebagai strategi perluasan basis ofensif yang bertujuan untuk membentuk kelompok pemilih baru di samping pemilih yang ada. Kedua, implementasi politik adalah produk ditawarkan, yaitu politik baru atau lebih tepatnya manfaat yang dihasilkan oleh politik baru perlu diiklankan.

Dalam strategi ini, harus lebih banyak yang dipertimbangkan karena adanya transaksi politik. Seperti apa yang kita ketahui bahwa elit dan kualitas kebijakan yang dihasilkan memang bertujuan untuk melestarikan status qou dibanding menjadi Demokrasi yang lebih baik lagi.

Leave a comment